BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Rabu, 24 Februari 2010

Mini Dept Store untuk Desainer Muda

Jumat, 19/2/2010 | 15:49 WIB

JAKARTA - Tak banyak department store atau pusat perbelanjaan yang menyediakan ruang untuk perancang busana Indonesia. Butik-butik di mal kebanyakan merupakan produk impor karya desainer ternama dari Amerika, Eropa, dan juga Asia. Memang, ada pula desainer lokal ternama yang sudah berhasil unjuk karya. Tetapi bagaimana dengan desainer muda atau pemula yang juga punya talenta?

Kegelisahan inilah yang mendorong Jabotabek Shopping & Friends untuk membuka ruang bagi desainer muda dan pemula untuk memamerkan rancangannya. Konsep mini department store membuka kesempatan bagi siapa saja yang memiliki produk fashion yang bernilai jual.

Melia Prawira, pemilik Jabotabek Shopping & Friends, mengatakan konsep yang dikenalkannya di Mal Kelapa Gading (MKG) 3 adalah memudahkan desainer lokal untuk mempromosikan produknya.

"Hampir 90 persen produk yang dijual di Jabotabek Shopping & Friends adalah buatan lokal. Ini memang proyek idealisme yang sengaja ingin menggandeng perancang lokal muda yang berpotensi," papar Melia, usai acara relaunch Fashion Hub di MKG 3, Jakarta Utara, Kamis (18/2/2010).

Tambahan kata Friends pada brand Jabotabek Shopping memantapkan niat untuk menggandeng perancang muda yang berkualitas. Jika bicara kualitas, Melia memiliki standar tertentu yang akan menentukan apakah produk yang ditawarkan punya nilai jual atau tidak.

Prinsipnya, produk baru dari perancang pemula atau muda, bisa laku di pasaran. Pasar yang dimaksud Melia juga tidak mengkotakkan diri pada tren atau gaya busana tertentu. Yang pasti, pasar harus menyasar pada generasi muda, terutama perempuan, usia 15 hingga 25 tahun. Memang menurut Melia pasar sangat bias lantaran saat ini banyak anak usia SD sudah sadar fashion. Banyak juga perempuan dewasa yang merasa nyaman dan gemar bergaya yang terlihat lebih muda dari usianya.

"Setiap orang punya gaya masing-masing dalam berbusana. Lebih lagi tipikal anak muda sekarang cenderung tidak mau berpakaian sama dengan sebayanya. Mereka lebih ekspresif dan tak melulu berpatokan pada fashion yang muncul di televisi atau referensi mana pun dari luar negeri," papar Melia.

Kasus klaim budaya Indonesia oleh negara tetangga juga dinilai Melia punya pengaruh terhadap pergeseran fashion anak muda Indonesia.

"Anak muda lebih cinta produk budayanya seperti batik, misalnya. Mereka senang padupadan gaya etnik dengan ciri khas anak muda yang colorful," tegas Melia.

Tanpa ada pengkotakan gaya busana, jelas desainer muda dan pemula makin punya banyak kesempatan. Jabotabek Shopping juga tidak mematok target penjualan kepada produsennya seperti pusat belanja lain, misalnya.

Pengusaha muda bidang fashion perlu mendapat dukungan, kata Melia. Memberikan target penjualan dan diikuti konsekuensi berupa penarikan barang hanya akan membuat para desainer ini terbebani.

Prinsip kebebasan ekspresi dan ruang terbuka untuk pamer karya menjadi misi utama Melia. Sistem konsinyasi menjadi strategi lain yang memudahkan pendatang baru dalam menawarkan produk di Jabotabek Shopping yang turut mengisi area Fashion Hub MKG 3.

"Pengusaha kecil harus saling bantu bukan?" tandas Melia.

Penggemar fashion yang memiliki bakat serta potensi dalam mendesain produk, tak perlu lagi patah arang lantaran sempitnya kesempatan. Peluang promosi terbuka luas, asalkan jeli melihat kesempatan dan memperluas jaringan.

Note

Kalimat penalaran menjelaskan tak banyak department store atau pusat perbelanjaan yang menyediakan ruang untuk perancang busana Indonesia. Butik-butik di mal kebanyakan merupakan produk impor karya desainer ternama dari Amerika

Kalimat Argument yang menjelaskan Hampir 90 persen produk yang dijual di Jabotabek Shopping & Friends buatan lokal. Memang proyek idealisme yang sengaja ingin menggandeng perancang lokal muda yang berpotensi

http://female.kompas.com/read/xml/2010/02/19/15492910/mini.dept.store.untuk.desainer.muda

0 komentar: