BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Selasa, 05 Januari 2010

Hubungan Antara Motivasi dengan Pelaku

Motivasi adalah dorongan psikologis yang mengarahkan seseorang ke arah suatu tujuan. Motivasi membuat keadaan dalam diri individu muncul, terarah, dan mempertahankan perilaku, menurut Kartini Kartono motivasi menjadi dorongan (driving force) terhadap seseorang agar mau melaksanakan sesuatu.
Motivasi yang ada pada setiap orang tidaklah sama, berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Untuk itu, diperlukan pengetahuan mengenai pengertian dan hakikat motivasi, serta kemampuan teknik menciptakan situasi sehingga menimbulkan motivasi/dorongan bagi mereka untuk berbuat atau berperilaku sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh individu lain/ organisasi
(http://id.wikipedia.org/wiki/Motivasi)


Kreativitas sebagai modal utama
Istilah kreativitas digunakan untuk mengacu pada kemampuan individu yang
mengandalkan keunikan dan kemahirannya untuk menghasilkan gagasan baru dan
wawasan segar yang sangat bernilai bagi individu tersebut. Kreativitas dapat juga
dianggap sebagai kemampuan untuk menjadi seorang pendengar yang baik, yang
mendengarkan gagasan yang datang dari dunia luar dan dari dalam diri sendiri atau dari
alam bawah sadar. Oleh karena itu, kreativitas lebih tepat didefinisikan sebagai suatu
pengalaman untuk mengungkapkan dan mengaktualisasikan identitas individu seseorang
secara terpadu dalam hubungan eratnya dengan diri sendiri, orang lain, dan alam. Haidar
Bagir, CEO Mizan Publishing dalam kuliah manajemen inovasi dan kreativitas
mendefinisikan kreativitas sebagai gagasan baru, orisinal, dan tepat sasaran
(appropriate). Kreativitas dan inovasi, kata Haidar, saling berdekatan dan berkaitan.
Kreativitas muncul di karya seni sedangkan inovasi, fase lanjut dari kreativitas, dekat dengan sains terapan dan teknologi. (www.itb.ac.id, diakses 19 Desember 2008)
Kreativitas sering dianggap terdiri dari 2 unsur, Pertama: Kefasihan yang ditunjukkan
oleh kemampuan menghasilkan sejumlah besar gagasan pemecahan masalah secara dini
dan cepat. Kedua: Keluwesan yang pada umumnya mengacu pada kemampuan untuk
menemukan gagasan yang berbeda-beda dan luar biasa untuk memecahkan suatu
masalah.
Andangsari, (2005) dalam web Forum Komunikasi dan Informasi Universitas Bina
Nusantara (diakses 19 Desember 2008) menyatakan kreatifitas dapat diartikan sebagai
kemampuan untuk menempatkan sejumlah objek-objek yang ada dan
mengkombinasikannya menjadi bentuk yang berbeda untuk tujuan-tujuan yang baru.
Kreatifitas meliputi 3 hal :
1. Kreatifitas merupakan Kemampuan (Ability)
Yaitu suatu kemampuan untuk membayangkan atau menemukan suatu hal yang baru
2. Kreatifitas merupakan Sikap (Attitude)
Yaitu kemampuan untuk menerima perubahan dan sesuatu yang baru
3. Kreatifitas merupakan sebuah Proses (Process)
Orang yang kreatif merupakan orang yang terus-menerus membuat perubahan dan
perbaikan secara bertahap pada pekerjaan mereka.
Pengaruh Modernisasi, Motivasi dan Etos Kerja
Ketika gelombang modernisasi dan industrialisasi masuk yang ditandai dengan adanya
perubahan mode of production, ia menyeret serta urbanisasi dan keragaman industri ke
dalam suatu masyarakat majemuk baru yang lebih dinamis. Modernisasi yang menurut
Giddens berpola refleksif
(dalam Suharko, 1997) menyebabkan kultur urban yang
tercipta ini senantiasa ditandai dengan antara lain berkembangnya kreativitas. Kreativitas
berkembang dan menemukan lahannya tersendiri sebagai bagian dari fenomena
perkembangan model industrialisasi. Industri kreatif mengkonstruksi pelaku industrinya
sesuai dengan talenta yang dimilikinya.
Modernisasi refleksif menurut Giddens adalah modernisasi yang dapat merespon perkembangan yang
berbeda, yang tengah berlangsung, yakni globalisasi yang melanda dan mengubah kehidupan personal
hingga pada kondisi ketidak pastian.
Dalam industri kreatif, ciri utamanya adalah kreativitas, keahlian dan talenta yang
berpotensi meningkatkan kesejahteraan melalui penawaran kreasi intelektual. Industri
kreatif terdiri dari penyediaan produk kreatif langsung kepada pelanggan dan pendukung
penciptaan nilai kreatif pada ciri lain yang secara tidak langsung berhubungan dengan
pelanggan. Produk kreatif mempunyai ciri-ciri: siklus hidup yang singkat, risiko tinggi,
margin yang tinggi, keanekaragaman tinggi, persaingan tinggi, dan mudah ditiru. Kondisi
yang demikian ini menuntut para pekerja di sektor industri kreatif untuk selalu mampu
berinovasi melahirkan ide-ide baru. Keharusan melahirkan ide-ide baru yang sangat
dinamis ini menyebabkan pentingnya bagi pekerja sektor industri kreatif untuk selalu
menjaga motivasi dan etos kerja mereka.
David McClelland
melalui teori modernisasinya dengan perspektif psikologi sosial
tentang dasar-dasar psikologi dan sikap manusia, melihat aspek pertumbuhan ekonomi
sebagai awal perkembangan budaya. Sebagai sebuah ciri internal yakni pada nilai-nilai
dan motivasi yang mendorong untuk mengeksploitasi peluang, untuk meraih kesempatan,
dorongan internal untuk membentuk dan merubah nasib sendiri. Didasarkan pada studi
McClelland dalam the achieving society
adanya kaitan antara khayalan dengan dorongan
dan perilaku dalam kehidupan mereka yang dinamakan the need for achievement
(N’Ach) yakni nafsu untuk bekerja secara baik, bekerja tidak demi pengakuan sosial atau
gengsi tetapi dorongan kerja demi memuaskan batin dari dalam. Bagi mereka yang
mempunyai dorongan need for achievement tinggi akan bekerja lebih keras, belajar lebih
cepat dan sebagainya. Sektor industri kreatif dengan tuntutan perubahan ide dan desain
yang sangat cepat dan dinamis membutuhkan para pekerja yang mempunyai dorongan
need for achievement tinggi.
Weber berpendapat bahwa ciri wiraswastawan protestan, calvinisme tentang takdir yang
mendorong mereka untuk merasionalkan kehidupan yang ditunjukkan oleh Tuhan,
3 David McClelland, seorang Psikolog Amerika yang terkenal dengan teorinya tentang N-Ach dalam
bukunya The Achievement Motive In Economic Growth, 1984.
4 Studi McClelland bersama Inkeles dan smith, 1961 diterbitkan D.Van Nostrad, New York, juga
merupakan ringkasan dari buku terkenal McClelland The Achievement Motive In Economic Growth, 1984
mereka memiliki need for achievement yang tinggi. Yang dimaksud Weber dengan
semangat kapitalisme tersebut adalah dorongan need for achievement yang tinggi. Di sini
Weber melalui The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism (1958) memberikan
pandangan mengenai asal-usul semangat atau etos kerja tertentu yang akhirnya
membentuk kapitalisme modern berkembang dan mendominasi perekonomian. Menurut
Weber, semangat kapitalisme bukan hanya sekedar mencari keuntungan ekonomi semata,
namun sebaliknya, merupakan sebuah sistem etika dan etos kerja yang menjadi
pendorong terjadinya kesuksesan ekonomi. Weber mengaitkan antara suatu etos
(keberagamaan) dengan semangat dalam bidang kesuksesan ekonomi yang dalam
konteks industri kreatif ini merupakan mesin penghasil ide-ide kreativitas. Melalui
pandangan Weber tentang semangat kapitalisme berupa etos kerja produktif kreatif yang
dipandang sebagai suatu sistem normatif yang berisi sejumlah ide yang saling terkait,
misalnya, tujuannya yang yang mengajarkan “sikap yang mengupayakan keuntungan
secara rasional dan secara tersistematis” (Weber, 1958 dalam Ritzer dan Goodman, 2004)
Di sisi lain, McClelland berpendapat bahwa need for achievement selalu berkaitan
dengan pertumbuhan ekonomi yang dalam dunia kerja mempengaruhi semangat dan
motivasi serta etos kerja sehingga mempengaruhi tinggi rendahnya motif antara lain need
for power dan need for affiliation. Kebutuhan untuk Afiliasi (N-Affil) berarti orang
mencari hubungan interpersonal yang baik dengan orang lain dan kebutuhan akan
kekuasaan untuk dapat memiliki fleksibilitas dan mempengaruhi orang lain untuk
mencapai tujuannya secara efektif. McClelland menolak pandangan ekonom bahwa
dorongan utama wiraswastawan adalah sekedar motif mencari keuntungan. Baginya
perilaku wiraswasta tidak semata sekedar mencari uang, melainkan dorongan
achievement tadi. Bagi McClelland, kebudayaan khususnya ekonomi merupakan ciptaan
kreatif dari dinamika manusia yang memiliki need for achievement yang tinggi, dorongan
tersebut dapat diukur yang disebut sebagai dorongan berprestasi.
Berbeda dengan McClelland, Clayton Alderfer, dalam Siagian (2008) mengemukakan
teorinya tentang motivasi yang terkenal dengan akronim “ERG”. Akronim ini mengacu
pada istilah Existence, Relatedness dan Growth. Existence menurut Alderfer adalah yang
berhubungan dengan kebutuhan fisiological dan keamanan fisik, mental, psikologikal,
dan intelektual. Sementara Relatedness adalah mengenai kebutuhan sosial, prestise dan
simbol-simbol status. Dan Growth sendiri merupakan kesempatan pengembangan potensi
melalui aktualisasi diri.
Dalam teorinya ini yang didasarkan pada sifat pragmatisme manusia yang menyadari
kondisi obyektif akan hal-hal yang memungkinkan untuk dicapainya, Alderfer
mengemukakan bahwa, ketika suatu kebutuhan tertentu tidak terpenuhi, maka akan
semakin besar pula dorongan motivasi untuk memuaskannya. Ketika suatu kebutuhan
telah terpuaskan, maka akan timbul kemudian dorongan untuk memuaskan kebutuhan
yang lebih tinggi. Dan sebaliknya, ketika semakin sulit untuk memuaskan kebutuhan
yang tingkatnya lebih tinggi, maka akan semakin besar keinginan untuk memuaskan
kebutuhan yang lebih mendasar.
Kesimpulan


Faktor etos kerja dan motivasi menjadi kunci penting bagi keberlanjutan industri yang
berbasis pada kreatifitas. dengan karakteristik dasar industri kreatif yang berkembang
sangat dinamis dan rawan duplikasi dan replikasi, setiap pelaku industri kreatif
membutuhkan dorongan need for achievement yang tinggi agar dapat terus eksis di dunia
kreatifitas dalam era saat ini. Era yang oleh Giddens disebut dalam era modernisasi
refleksif dengan ketidakpastian situasi dan kultur urban yang cepat. Perkembangan
industri kreatif yang bermodalkan etos kerja dan motivasi tinggi dari para pelakunya oleh
Weber dan McClelland menjadi perwujudan dari rasionalisasi semangat kapitalisme
berupa pencapaian kesuksesan di bidang ekonomi dengan mempunyai dorongan atau
kebutuhan untuk terus mengembangkan potensi diri

(http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:XcQbBkNC02kJ:images.dhianku.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/SXHneQoKCDkAAAT0y3M1/Motivasi%2520dan%2520Etos%2520Kerja%2520dalam%2520Industri%2520berbasis%2520Kreatifitas--DIANKU.pdf%3Fnmid%3D171507777+hubungan+motivasi+dengan+pelaku&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEEShg4xcX1vWx79bRb-oMSOTQauhYgbCjfKOl6AZN854sUi55aX2cv_azSO83H2Wi8PnVCMtKA-Z0PYnsSoY_20hZl-0DMyhIm1XrDHVT7T9e6bDG-8_5Vdql0rBuRJ0KZ9ZY9dWz&sig=AHIEtbRtyM75unpuoQnc-jUljneYU6Ao1g)

0 komentar: